gambar

gambar

Kamis, 19 April 2012

artikel Filosofi Buah Manggis

Filosofi Buah Manggis
“Budayakan budaya jujur  dalam bangsa Dan  jujurkan budaya bangsa”
Slogan itu sudah selayaknya didengungkan dalam pikiran setiap orang. Dengan begitu setidaknya televisi tak lagi menyiarkan berita-berita monoton seperti pencurian, penjambretan, pencopetan, dan yang paling mencuat, sebut saja korupsi.
Bagaimana tidak ? korupsi jangka panjang yang dilakukan oleh banyak pejabat tinggi negara telah menganugrahkan sebuah prestasi  memalukan bagi Bumi Pertiwi.
Korupsi besar-besaran yang merugikan Negara membawa nama Indonesia menduduki peringkat kedua, Negara dengan aksi korupsi terbanyak setelah India.
Wah wah .. sebegitu burukkah pendidikan karakter di Indonesia ? sebegitu lemahkah proteksi terhadap budaya di Indonesia ? jawabannya mungkin relative berbeda dalam pandangan setiap orang. Namun, jika dilihat secara global, berdasarkan fakta yang tampak jelas dalam guratan wajah bangsa Indonesia, jawabannya adalah ‘buruk’. Naas bukan ? bagaimana Indonesia yang dulunya berdiri tegap karena kuatnya akar budaya dalam masyarakat, kini jatuh kehormatannya hanya karena ketidakjujuran beberapa oknum.
Untuk mencegah semakin terperosoknya martabat Indonesia dimata dunia, pemahaman terhadap karakter bangsa serta pendidikan budaya tampaknya memang merupakan akses utama menuju bangsa Indonesia yang kokoh.
Berdasarkan hasil pengamatan, Loyalitas terhadap Negara kian masa kian berkurang. Dan sekedar mengingatkan , Kesetiaan adalah buah manis dari kejujuran. Mengapa ? dengan menjadikan diri jujur, baik itu dalam pikiran, perkataan, sekaligus perbuatan, maka tanpa sadar orang tersebut telah menjadikan dirinya orang yang setia. Orang yang memiliki loyalitas tinggi terhadap apapun yang dikerjakan atau dianutnya.
Untuk diketahui bahwa ke-delapan belas nilai karakter bangsa Indonesia telah disusun sedemikian rupa bukan hanya untuk di lihat, tapi untuk diindahkan. Jika saja setiap orang mengindahkan apa yang terkandung dalam setiap butir karakter bangsa, maka tak ubahnya dengan membantu mengangkat wajah bangsa Indonesia dalam menghadapi derasnya gempuran budaya luar yang membawa ancaman berupa disintegrasi bagi bangsa Indonesia. Dapat dikatakan demikian karena ke-delapan belas karakter bangsa tersebut saling terkoordinasi dan memiliki hubungan yang kuat. Lihat saja bagaimana keyakinan terhadap Tuhan yang maha esa, akan menjadikan seseorang menjadi pribadi yang jujur, dan dari pribadi yang jujur, seperti yang ditulis sebelumnya, dia akan memiliki kesetiaan dan loyalitas yang tinggi, dan begitu pula yang lainnya.
Semua karakter bangsa hendaknya dijunjung tinggi adanya dan diterapkan dalam hal sekecil apapun yang dilakukan seseorang. Melihat banyaknya berita-berita tak sedap yang bersumber dari satu titik, yakni korupsi, sepertinya menunjukkan betapa tidak berjalannya penanaman karakter serta budaya dalam diri masyarakat Indonesia.
Terkenal sebagai bangsa dengan jumlah koruptor yang bisa dibilang banyak memang memalukan, namun belum terlambat untuk memperbaikinya. Yang perlu dilakukan hanya mentransformasi kepribadian yang mungkin sebelumnya belum berkarakter, menjadi pribadi yang terbina karakternya. Dan kembali lagi pada akses utama sebelumnya, menerapkan karakter serta budaya bangsa dimulai dari dalam diri adalah caranya.
Metode tersebut mungkin bagi sebagian orang adalah suatu cara transformasi kepribadian yang terbilang primitif atau tidak praktis. Diduga alasannya adalah karena dibutuhkannya waktu yang cukup lama dalam mengubah kepribadian. Dugaan tersebut tidaklah salah, namun tidak juga sepenuhnya benar. Dalam mengubah sesuatu yang sifatnya bawaan sejak lahir, bukanlah hal mudah. Diperlukan tekad dan iman yang kuat dalam menjalaninya.
Sebelum menginjakkan kaki dalam perjalanan mengubah diri, tentu baik sekali jika tahu apa sebenarnya jujur itu sendiri bukan ?
Jujur telah dimasyarakatkan sebagai suatu kondisi dimana tidak terjadi kebohongan. Dengan begitu, untuk memulai mentransformasi kepribadian menjadi pribadi yang jujur, maka seseorang dapat memulainya dengan mempersedikit volume kebohongan yang dilakukannya. Adakah salah satu dari warga bangsa Indonesia yang sadar, bahwa setiap melakukan kebohongan, maka sadar atau tanpa sadar orang tersebut juga telah melakukan penipuan terhadap orang yang menjadi subjek kebohongannya ? Bahkan dalam kondisi yang lebih serius lagi, sebuah kebohongan bisa mengalir menjadi fitnah bagi orang lain yang tidak bersalah.
Dalam upaya untuk memperdalam pengetahuan akan salah satu karakter bangsa yakni jujur, berikut disediakan sebuah ilustrasi berkaitan dengan kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan pendidikan budaya jujur dalam negeri.
Tersebutlah sebuah keluarga yang dikaruniai dua orang anak. Anak sulungnya mungkin cakap dalam memimpin, namun tampaknya jarang bersosialisasi dengan orang lain. Berkebalikan dengan si bungsu yang berkemampuan standar namun banyak kawannya. Si sulung yang begitu pendiam pernah suatu saat mengambil uang melebihi yang ia perlukan. Dan hal ini tak terungkap karena berkaitan dengan sifat si sulung yang pendiam. Jadi tak ada yang berfikir bahwa anak polos seperti dia bisa melakukan hal seperti itu. Dan karena tak pernah ketahuan, si sulung tertarik untuk mencobanya kembali. Dan apa yang terjadi ? tak ada yang menyadarinya.
Hingga suatu saat, dimana si sulung dan si bungsu sudah beranjak dewasa dan mereka melanjutkan karir ayah mereka sebagai pemimpin. Si sulung yang memang berkemampuan dalam memimpin, tanpa ragu menyalonkan diri menjadi pemimpin desanya. Begitu pula si bungsu. Dan pada akhir pemilihan, karena kecakapan dari si sulung yang memang tak diragukan lagi, maka resmilah dia menjadi kepala desa, dan si bungsu mendampinginya sebagai wakil.
Si sulung yang jarang bersosialisasi ditambah kebiasaan buruknya yang tidak jujur semasa kecil, rupanya terbawa hingga dewasa. Dan tibalah suatu hari dimana si sulung dipergoki oleh si bungsu sedang memalsukan anggaran dana desanya untuk kepentingan pribadi. Si sulung yang terkejut segera mengambil tindakan dan mencari cara bagaimana untuk bisa menutup mulut adiknya. Si bungsu yang bersahabat dan tidak suka mencari musuh, berjanji akan menutup mulut dengan syarat kakaknya tidak akan mengulangi hal yang sama untuk kedua kalinya. Dan dengan cepat ditanggapi ‘iya’ oleh kakaknya.
Namun lain di mulut lain dihati, si sulung tetap melakukan aksi tidak jujurnya tersebut. Dan seperti kata pepatah, ‘bagaimanapun menutup bangkai, baunya pasti tercium juga’. Mungkin si sulung bisa membungkam adiknya, namun karena tidak mengindahkan syarat adiknya untuk mentransformasi kepribadian menjadi orang yang jujur, suatu saat si sulung ketahuan telah mengkorupsikan dana desanya, kemudian secara paksa diturunkan dari jabatan dan digantikan oleh adiknya, si bungsu.
Nah, dari ilustrasi tersebut dapatlah terlihat bagaimana kebohongan itu tidak selamanya dapat ditutupi. Dan suatu waktu ketika kebohongan yang ditimbun dalam kurun waktu yang lama yang pada akhirnya terkuak, tak hanya akan menjatuhkan harga diri pelaku kebohongan saja. Suatu kebohongan yang terungkap pada umumnya juga akan menyeret nama-nama orang terdekat pelaku menjadi tercemar.
Ilustrasi kecil tersebut sama seperti bangsa Indonesia saat ini. Bayangkan saja, sekian hektar luasnya tanah Negeri. Yang dulunya dikenal agung, megah akan budayanya. Terkenal dengan keasrian dan kelestarian sistem sosialnya, kini dicap sebagai gudang para koruptor hanya karena tindakan tidak terpuji beberapa orang tak jujur.
Tindakan demo dan aksi protes di berbagai daerah yang dilakukan guna memerangi korupsi sepertinya tindakan berani yang patut diacungi jempol. Bagaimana tidak ? jika para koruptor tidak takut dengan hukum nyata yang berlaku di Negerinya, maka jalan terakhir adalah membantu para tersangka korupsi tersebut mentransformasikan dirinya menjadi orang yang jujur. Maka dengan kesadarannya sendiri, dia akan takut dan merasa malu jika bersikap tidak jujur.
Melalui ilustrasi juga dapat dilihat, bagaimana suatu saat kejujuran akan menjamin stabilnya hidup seseorang. Berbeda halnya dengan orang yang menyimpan kebohongan dalam dirinya. Tak diragukan lagi, orang yang seperti itu pasti menyimpan kegelisahan semasa menjalani hidupnya.
Pembentukan karakter seseorang sudah dimulai sejak kecil, dimana pembentukan karakter tersebut  mengalami perkembangan paling pesat semasa remaja. Hal ini dikarenakan masa remaja adalah masa-masa dimana seseorang sedang giat-giatnya mencari jati diri. Hal ini pula yang mendorong beberapa lembaga menekankan dan memberikan banyak penyuluhan kepada generasi muda guna memperkuat pendidikan budaya bangsa serta memupuk karakter bangsa dalam diri penerus negara agar kelak mampu menjadi tameng yang kuat dalam memfilterisasi budaya luar dalam upaya untuk mencegah disintegrasi bangsa dan mengembangkan loyalitas dalam diri para remaja.  Disinilah ditunjukkan betapa peran sosialisasi amat epnting dalam mengarahkan kehidupan.
Kembali pada slogan awal, “Budayakan budaya jujur  dalam bangsa Dan  jujurkan budaya bangsa”, sudah tergambar jelas bagaimana jika seseorang telah mempu membudayakan kejujuran, dimulai dari hal kecil hingga hal-hal besar yang orang tersebut lakukan, maka orang itu telah turut andil dalam membebaskan budaya bangsa dari segala macam bentuk kebohongan dan kepalsuan. Dimana perilaku jujur yang dilakukan pada akhirnya akan dapat menjernihkan Indonesia dari prestasi tidak membanggakan yang kian melanda.
Seperti halnya semut kecil yang mengangkat sendiri remah makanan, tanpa bantuan dari rekannya. Suatu hal mustahil sepertinya bagi semut tersebut membawa remah besar kesarangnya. Begitupun sebuah Negara, jika hanya satu orang yang jujur dalam suatu bangsa, tidak akan memberikan efek besar bagi Negara tersebut. Namun jika kejujuran itu berakar kokoh dalam diri setiap penghuni Indonesia, niscaya, bangsa Indonesia tercinta akan kembali pada masa kejayaannya.
Untuk itu, mari bersama transformasi diri menjadi lebih baik, dimulai dengan membudayakan budaya jujur dalam diri agar nantinya dapat menjujurkan budaya bangsa ^^

artikel bintang desain sakura

Bintang Desain SAKURA

Tedi Murshalat Farqo atau akrabnya di sapa Tedi, adalah bintang desain poster SAKURA kali ini. Laki-laki berzodiak leo ini menjadi warga salah satu kelas elite di SMA N 1 Kuta Utara. Yup .. kelas 12 IPA 7, kelas yang konon kelas unggulan di sma kita.
Disamping berkecimpung didunia desain, belajar matematika juga merupakan kegemarannya.
Putra pasangan Drs. Junaidi dan Lutfiaunisa ini mulai menggeluti dunia desain sejak duduk dibangku tingkat pertama SMA pada semester kedua. Awal mula kecintaannya pada desain dimulai dari kompetisi desain posteryang diselenggarakan STIKOM. Pada kesempatan itu Tedi belum berhasil merebut gelar juara. Perasaan tertantang muncul dalam dirinya. Terpacu atas kekalahan sebelumnya dijadikannya motivasi. Dibimbing oleh Pak Windu, ia kembali mengikuti lomba desain di LP3I. dan atas kerja kerasnya, Tedi berhasil meraih peringkat kedua. Dari sinilah Tedi bilang dia mulai kecanduan sama yang namanya desain !
Selama karirnya, sudah banyak sekali manfaat TIK yang dirasakan bintang desain yang tinggal di Jalan Merpati, gang XX, no.21, monang-maning ini, diantaranya Tedi banyak sekali mendapat job seperti pembuatan desain baju. Kemudian bisa mengikuti banyak perlombaan, dan dari perlombaan itu ia menemukan banyak teman baru.
Tapi tiada gading tanpa retak. Dihadapan pewawancara, pria kelahiran Waingapu, 9 Agustus 1994 ini mengakui, selama ini ada beberapa hal yang menghambat karirnya dalam bidang desain, seperti kalau mengikuti lomba, tema yang disajikan susah, lalu fasilitas di internet kurang, dan guru pembimbing juga kurang.
Kesenangannya akan desain, membawa Tedi meraup cukup penghargaan, diantaranya :
1.      Juara 2 desain poster LP3I
2.      10 besar desain poster STIKI Indonesia
3.      Juara 2 desain poster media anti rokok fakultas kedokteran UNUD
Banyaknya penghargaan yang diraih anaknya tentu memberikan kebanggan bagi orang tua dari Tedi. Namun, hal yang agak aneh nih, katanya, orang tuanya Tedi nyaranin anaknya biar nggak nyari jurusan TIK waktu kuliah nanti. Aneh kan ?
Sebagai akhir, Tedi berharap agar dirinya dapat melanjutkan studi ke perguruan tinggi jurusan arsitek, agar ia bisa menjadi seorang desainer professional, dan sangat berharap bisa membuka bisnis internasional. Dan yang paling utama, Tedi mengutarakan, apapun yang menjadi cita-citanya nanti, dia tetap mementingkan kebahagiaan orang tuanya lho. Beri aplaus meriah untuk itu. Kemudian harapannya untuk SAKURA, Tedi bilang, untuk kedepannya, adakan ekstra robotic dan tedi berharap kalau bisa sediakan laptop di masing-masing kelas. Dan harapannya untuk ekstra pascal, semoga peserta yang tersaring memang benar-benar memiliki kemampuan di bidang pascal.
Begitulah hasil wawancara tim Jurnalis SAKURA dengan bintang desain yang namanya sedang booming.




tugas sejarah 1-2

PEMBABAKAN ZAMAN PRASEJARAH BERDASARKAN GEOLOGI

Geologi adalah ilmu yang mempelajari bumi secara keseluruhan. Berdasarkan geologi, terjadinya bumi sampai sekarang dibagi ke dalam empat zaman. Zaman-zaman tersebut merupakan periodisasi atau pembabakan prasejarah yang terbagi atas :

1.      ARKAEKUM / ZAMAN TERTUA
Zaman ini berlangsung kira-kira 2500 juta tahun. Pada saat itu kulit bumi masih panas, sehingga tidak ada kehidupan.

2.      PALEOZOIKUM / ZAMAN PRIMER / ZAMAN HIDUP TUA
Zaman ini berlangsung 340 juta tahun. Mahluk hidup yang muncul pada zaman ini seperti mikroorganisme, ikan, amfibi, reptile, dan binatang yang tidak bertulang punggung, untuk lebih mengenal hewan apa saja yang termasuk dalam hewan tidak bertulang punggung, salah satu contohnya adalah serangga, ubur-ubur, cumi-cumi, dan cacing.
Dengan berakhirnya zaman primer, maka kehidupan terus berkembang, sehingga memasuki zaman baru. Ditandai dengan munculnya sejenis reptile raksasa yang hidup pada zaman kedua.

3.      MESOZOIKUM / ZAMAN SEKUNDER / ZAMAN HIDUP PERTENGAHAN
Zaman ini berlangsung kira-kira 140 juta tahun. Pada zaman pertengahan, jenis reptile mencapai tingkat yang terbesar. Sehingga hal tersebut menjadikan zaman mesozoikum disebut juga dengan zaman reptile.
Setelah berakhirnya zaman sekunder ini, maka muncul kehidupan lain, yaitu jenis burung dan binatang menyusui yang masih rendah tingkatannya. Sedangkan jenis reptilenya mengalami kepunahan.

4.      NEOZOIKUM / ZAMAN HIDUP BARU
Zaman ini dibedakan menjadi dua zaman, yaitu :
1.      Tersier / zaman ketiga
Zaman ini berlangsung sekitar 60 juta tahun. Yang terpenting dari zaman ini adalah ditandai dengan berkembangnya jenis binatang menyusui seperti jenis primate, contohnya kera.
2.      Kuartier / zaman ke-empat
Zaman ini ditandai dengan adanya kehidupan manusia, sehingga marupakan zaman terpenting. Zaman ini dibagi lagi menjadi dua zaman yang disebut dengan zaman pleistocen dan holocen.
Untuk lebih jelasnya, berikut akan diuraikan :
1.    Zaman Pleistocen / Dilluvilium
Berlangsung kira-kira 600.000 tahun, yang ditandai dengan adanya manusia purba.
2.    Zaman Holocen / Alluvium
Berlangsung kira-kira 20.000 tahun yang lalu, dan terus berkembang hingga dewasa ini. Pada zaman ini ditandai dengan munculnya manusia jenis homo sapienss yang memiliki ciri-ciri seperti manusia sekarang.

Jika ditulis dalam bagan, maka akan tampak seperti berikut :
ARKAEKUM
 

HOLOCEN
 
PLEISTOCEN
 
KUARTIER
 
TERSIER
 
NEOZOIKUM
 
PRASEJARAH
 
PALEOZOIKUM
 
MESOZOIKUM
 
 





Jika disajikan dalam tabel, maka dapat ditulis sebagai berikut :

NO
ZAMAN PRASEJARAH
KURUN WAKTU
CIRI-CIRI KEHIDUPAN
1.
Arkaekum
2500 juta tahun
Belum ada kehidupan

2.
Palaeozoikum
340 juta tahun
Muncul mahluk baru, seperti amfibi, reptile, dan ikan
3.
Mesozoikum
140 juta tahun
Muncul reptile raksasa
4.
Neozoikum
Tersier                      
Kuarter       Dillivium
Alluvium
60 juta tahun
600.000 tahun
20.000 yahun
Muncul binatang mamalia
Muncul manusia purba
Muncul homo sapiens












LOCAL GENIUS
Kemampuan jenius bangsa yang bersifat local. Itulah local genius. Sebuah kemampuan local menantang sesuatu yang global.
Secara luas, local genius mengacu pada kemampuan kita sebagai bangsa yang berbudaya, untuk menyerap budaya asing tanpa merusak budaya kita sendiri.
Sebagai contoh dari local genius. Hal yang sudah dilakukan oleh bangsa dalam proses akulturasi agama Hindu, Budha, Islam, atau contoh kecil, seperti resep masakan asing yang dikombinasikan dengan bumbu-bumbu nusantara.
Kalau saja kita bisa memperluas ruang lingkup pemaknaan local genius bangsa kita, mungkin budaya-budaya asing yang paling umum sekalipun bisa diserap dan diaplikasikan kedalam seluruh aspek mulai dari pendidikan hingga kesehatan. Contohnya, budaya nasionalisme Jepang memang patut ditiru positifnya, tapi jika kita bisa mengakulturasi budaya nasionalisme mereka dengan versi kita dari kejeniusan lokalnya, mungkin pada akhirnya kemampuan kita tidak hanya berguna bagi kita, tapi juga menjadi panutan bagi masyarakat internasional.









GLOBALISASI
Globalisasi diambil dari kata global yang aatinya universal. Achmad Suparman menyatakan globalisasi adalah suatu proses menjadikan sesuatu (benda atay perilaku) sebagai ciri dari setiap individu di dunia ini tanpa dibatasi oleh wilayah.
Banyak orang juga memandang dari sisi negative tentang pengertian globalisasi. Olehnya globalisasi dipandang sebagai sebuah proyek yang disusun oleh Negara-negara adikuasa, sehingga bisa saja orang memiliki pandangan negative atau curiga terhadapnya.
Scholte melihat bahwa ada beberapa definisi yang dimaksud dengan globalisasi, diantaranya :
1.      Internasionalisme : meningkatnya hubungan internasional
2.      Liberalisasi : semakin diturunkannya batas antar Negara
3.      Universalisasi : semakin tersebarnya hal material maupun immaterial ke seluruh dunia
4.      Westernisasi : salah sau bentuk dari universalisasi dengan semakin menyebarnya pikiran dan budaya dari barat sehingga mengglobal
5.      Hubungan Transplanetari dan Suprateritorialitas : dunia global memiliki status ontology sendiri, bukan sekadar gabungan Negara-negara.

CIRI GLOBALISASI
1.      Perubahan dalam Konstantin ruang dan waktu
2.      Pasar dan produksi ekonomi di Negara-negara yang berbeda menjadi saling bergantung sebagai akibat dari pertumbuhan perdagangan internasional, peningkatan pengaruh perusahaan multinasional, dan dominasi organisasi semacam WTO
3.      Peningkatan interaksi cultural melalui perkembangan media massa
4.      Meningkatnya masalah bersama, misalnya pada bidang lingkungan hidup, krisis multinasional, inflasi regional, dll
Kennedy dan Cohen menyimpulkan bahwa transformasi ini telah membawa kita pada globalisme, sebuah kesadaran dan pemahaman baru bahwa dunia adalah satu. Giddens menegaskan bahwa kebanyakan dari kita sadar bahwa sebenarnya diri kita turut ambil bagian dalam sebuah dunia yang harus berubah tanpa terkendali yang ditandai dengan selera dan rasa ketertarikan akan hal sama, perubahan, dan ketidakpastian, serta kenyataan yang mungkin terjadi. Peter Drucker menyebutkan globalisasi sebagai zaman transformasi global.

TEORI GLOBALISASI
Cochrane dan Pain :
1.      Para Globalis
Globalisasi adalah sebuah kenyataan yang memiliki konsekuensi nyata terhadap bagaimana orang dan lembaga di seluruh dunia berjalan.
·         Para Globalis Positif (menanggapi dengan baik setiap perkembangan)
·         Para Globalis Negatif (menganggap globalisasi sebagai bentuk penjajahan barat terutama AS)
2.      Para Tradisionalis
Tidak percaya bahwa globalisasi tengah terjadi
3.      Para Transformasionalis
Berada di antara para globalis dan tradisionalis.

SEJARAH GLOBALISASI
Banyak sejarawan yang menyebut globalisasi sebagai fenomena di abad ke-20 ini yang dihubungkan dengan bangkitnya ekonomi internasional. Padahal interaksi dan globalisasi dalam hubungan antar bangsa di dunia telah ada sejak berabad-abad yang lalu. Bila ditelusuri, benih-benih globalisasi telah tumbuh ketika manusia mulai mengenal perdagangan antar negeri sekitar tahun 1000 dan 1500 M. 
Fase selanjutnya ditandai dengan dominasi perdagangan kaum muslim di Asia dan Afrika. Kaum muslim membentuk jaringan perdagangan. Selain itu, kaum muslim juga menyebarkan agamanya.       
Fase selanjutnya ditandai dengan eksplorasi dunia secara besar-besaran oleh bangsa Eropa.
Semakin berkembangnya industri dan kebutuhan akan bahan baku serta pasar juga memunculkan berbagai perusahaan multinasional di dunia.
Fase selanjutnya terus berjalan dan mendapat momentumnya ketika perang dingin berakhir dan komunisme di dunia runtuh. Runtuhnya komunisme seakan memberi pembenaran bahwa kapitalisme adalah jalan terbaik dalam mewujudkan kesejahteraan dunia. Implikasinya, negara negara di dunia mulai menyediakan diri sebagai pasar yang bebas. Hal ini didukung pula dengan perkembangan teknologi komunikasi dan transportasi. Alhasil, sekat-sekat antar negara pun mulai kabur.


REAKSI MASYARAKAT
Gerakan pro-globalisasi

Pendukung globalisasi (sering juga disebut dengan pro-globalisasi) menganggap bahwa globalisasi dapat meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran ekonomi masyarakat dunia. Mereka berpijak pada teori keunggulan komparatif yang dicetuskan oleh David Ricardo.

Gerakan Antiglobalisasi

Antiglobalisasi adalah suatu istilah yang umum digunakan untuk memaparkan sikap politis orang-orang dan kelompok yang menentang perjanjian dagang global dan lembaga-lembaga yang mengatur perdagangan antar negara seperti Organisasi Perdagangan Dunia
Antiglobalisasi dianggap oleh sebagian orang sebagai gerakan sosial, sementara yang lainnya menganggapnya sebagai istilah umum yang mencakup sejumlah gerakan sosial yang berbeda-beda. Apapun juga maksudnya, para peserta dipersatukan dalam perlawanan terhadap ekonomi dan sistem perdagangan global saat ini, yang menurut mereka mengikis lingkungan hidup, hak-hak buruh, kedaulatan nasional, dunia ketiga, dan banyak lagi penyebab-penyebab lainnya.
Namun, orang-orang yang dicap "antiglobalisasi" sering menolak istilah itu, dan mereka lebih suka menyebut diri mereka sebagai Gerakan Keadilan Global, Gerakan dari Semua Gerakan atau sejumlah istilah lainnya.


PENGARUH GLOBALISASI
Globalisasi mempengaruhi segala aspek kehidupan di dunia. Diantaranya :

1.      Globalisasi perekonomian merupakan suatu proses kegiatan ekonomi dan perdagangan, dimana negara-negara di seluruh dunia menjadi satu kekuatan pasar yang semakin terintegrasi dengan tanpa rintangan batas teritorial negara.

2.      Globalisasi kebudayaan dapat diartikan sebagai nilai-nilai (values) yang dianut oleh masyarakat ataupun persepsi yang dimiliki oleh warga masyarakat terhadap berbagai hal. Baik nilai-nilai maupun persepsi berkaitan dengan aspek-aspek kejiwaan/psikologis, yaitu apa yang terdapat dalam alam pikiran. Aspek-aspek kejiwaan ini menjadi penting artinya apabila disadari, bahwa tingkah laku seseorang sangat dipengaruhi oleh apa yang ada dalam alam pikiran orang yang bersangkutan. Sebagai salah satu hasil pemikiran dan penemuan seseorang adalah kesenian, yang merupakan subsistem dari kebudayaan.